KUANTITAS DAN KUALITAS AIR
Tugas Pengembangan Sumber Daya Air
Oleh : Fian febrialdi
NPM : 16 630 107
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2018
Kuantitas dan Kualitas Air
Dalam Fase Siklus Hidrologi, kuantitas air tidak berubah, namun wujudnya saja yang berubah. Kuantitas air di dunia seperti dibawah ini:
· Air di daratan 2,8
o Danau air tawar 0,009
o Danau air asin dan laut daratan 0,008
o Sungai 0,0001
o Kelembaban tanah dan air vadose 0,005
o Air tanah sampai kedalaman 4000 m 0,61
o Es dan glaciers 2,14
· Air di Atmosfir 0,001
Pengertian Manajemen Kualitas Air
Air merupakan media internal dan eksternal bagi organisme di perairan. Dalam dunia budidaya, kualias air didefinisikan sebagai kesesuaian air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan organisme perairan. Pengelolaan kualitas air dimaksudkan untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas air agar layak bagi kehidupan organisme yang dibudidayakan.
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Jadi, Manajemen kualitas air adalah Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap dalam kondisi baik untuk budidaya ikan dengan memperhatikan faktor fisik, kimia dan biologinya.
Fisika meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air, Kekeruhan, Padatan tersuspensi, Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut), amonia, CO2 dan Nitrogen, dan Biologi meliputi:
Plankton dan bakteri
Konsep Kualitas Air
Identifikasi kualitas air dengan melakukan pengukuran dan analisis kualitas air dapat dilakukan dengan pemahaman yang baik pada konsep dasar fisika tentang resistivitas dan konduktivitas, serta konsep dasar kimia tentang larutan asam, basa, garam, larutan buffer, dan hidrolisis garam. Korelasi nilai hambatan dengan kualitas air menggunakan konsep sifat air sangat murni (ultrapure water) yang dikembangkan oleh Bevilacqua.
Nilai resistivitas atau nilai hambatan adalah nilai kemampuan air untuk menghambat arus listrik sedangkan nilai konduktivitas atau nilai hantaran adalah nilai kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Nilai resistivitas dan nilai konduktivitas merupakan nilai yang saling berbanding terbalik dimana makin besar nilai resistivitas, makin kecil nilai konduktivitas, dan sebaliknya makin kecil nilai resistivitas, makin besar nilai konduktivitas. Nilai resistivitas maupun konduktivitas sangat dipengaruhi olehkandungan ion-ion yang terlarut dalam air. Ion-ion yang terlarut dalam air memberikan pengaruh pada sifat kimia air apakah air bersifat masam, basis, atau netral. Menurut Arrhenius, senyawa asam merupakan senyawa yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi sedangkansenyawa basa adalah senyawa yang melepas ion OH- saat terjadi ionisasi.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka air menurut Arrhenius memiliki sifat dualisme yaitu bersifat asam maupun basa karena saat terjadi ionisasi, air melepas ion H+dan OH-. Menggunakan konsep Arrhenius tersebut dan konsep air sangat murni (ultrapure water) maka air memiliki dua potensi yang seimbang untuk menjadi asam maupun basa. Karena dua potensi yang seimbang tersebut maka masing-masing ion memiliki nilai beda potensial yang sama. Air sangat murni yang diteliti oleh Bevilacqua masih memiliki nilai hambatan, walau hambatan nilai air sangat murni besar sekali namun air sangat murni tersebut untuk kajian kajian mendalam tentang sifat-sifat semi konduktor belum dapat dianggap memiliki hambatan yang tak hingga. Mengacu pada konsep air sangat murni maka semakin besar nilai resistivitas akan menunjukkan kemurnian air yang semakin tinggi sedangkan semakin kecil nilai resistivitas akan menunjukkan tingkat kemurnian air yang semakin rendah. Berdasarkan penelitian Anthony C Bevilacqua, penyebab ketidakmurnian air dunia pada umumnya adalah adanya campuran dari tiga macam senayawa yaitu HCl untuk senyawa asam, NaOH untuk senyawa basa, dan NaCl untuk senyawa garam. Pendekatan secara fisika untuk menduga kandungan kimia air dapat dilakukan melalui penggunaan konsep asam-basa Bronsted-Lowry. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry adalah konsep asam-basa yang digunakan pada ilmu kimia modern dimana konsep ini juga memberikan penjelasan tentang dua sifat netral air yang dapat berasa asin maupun berasa tawar. Sifat air yang diukur dengan parameter pH untuk sifat air dapat berarti bahwa air tersebut murni tidak mengadung zat asam-basa atau pun tidak murni yaitu air dapat mengandung asam, basa, ataupun keduanya. Menurut Bronsted-Lowry, Asam merupakan senyawa yang melepaskan ion H+ sedangkan basa adalah senyawa yang menangkap ion H+. Senyawa asam yang melepas ion H+ disebut dengan basa konjugasi sedangkan senyawa basa yang menangkap ion H+ disebut asam konjugasi. Baik asam maupun basa memiliki sifat elektrolit yang berbeda-beda. Asam atau basa yang menghantarkan listrik dengan baik disebut dengan asam atau basa kuat sedangkan asam atau basa yang menghantarkan listrik dengan lemah disebut asam atau basa lemah. Air yang mengandung senyawa asam dan basa sekaligus akan memiliki sifat-sifat yang berbeda yang bergantung pada kekuatan asam atau basa yang terlarut. Air yang mengandung senyawa asam kuat dan basa kuat akan memiliki sifat netral dengan rasa yang asin. Air yang mengandung senyawa asam kuat dan basa lemah akan memiliki sifat masam dengan rasa asam. Air yang mengandung senyawa basa kuat dan asam lemah akan memiliki sifat basis dengan rasa basa. Air yang mengandung senyawa asam lemah dan basa lemah akan memiliki sifat dan rasa yang dikontrol oleh dominasi kekuatan asam atau basa yang terlarut. Pengukuran pH, nilai hambatan, dan analisis lingkungan perairan akan dapat digunakan untuk menganalisis kemungkinan kandungan kimia pada air.
Parameter Baku Mutu
Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk, seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat sehubungan dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih bahwa nilai BOD dan COD perairan masih memenuhi baku mutu. Dalam salah satu harian (Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994) juga terdapat suatu berita dengan judul “Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu limbah” yang kurang lebih merupakan pendapat dari salah satu pakar bioremediasi lingkungan dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak kasus kesimpulan yang hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri. Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat persepsi pada sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak berlebihan dari yang seharusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa itu sebenarnya BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip pengukurannya, dan apakah memang sebaiknya tidak dipakai sebagai penentu baku mutu air limbah.
Pengertian BOD dan COD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf & Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertianpengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd, 1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.
Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
1) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang budidaya.
2) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
3) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).
4) Kepadatan (density/berat jenis)
Pada suhu 4 oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat jenisnya akan turun, demikian juga kalau suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu air makin rendah disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi es, es tersebut akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara vertikal maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada perairan didaerah yang beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian atasnya saja sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga kehidupan organisme akuatik masih tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan air ini dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan maupun hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan akumulasi pengendapan mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang dari tempat lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.
5) Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
b. Parameter Kimia
1) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).
2) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
3) CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi keberadaan karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida memiliki kelarutan yang relatif banyak.
4) Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto
Protein : protein dalam pakan
6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
5) Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak terpolusi sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
6) Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi tanaman, tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi yang erat hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
C. Parameter Biologi
Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.
a) Plankton
Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton dapatdibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya 0,03 – 0,04 mm).
3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).
Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :
1. Limnoplankton (plankton air tawar/danau)
2. Haliplankton (hidup dalam airmasin)
3. Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)
4. Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
5. Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)
b) Bakteri
Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem perairan alami bakteri memiliki peran sebagai reduktor/dekomposer yang mengontrol proses komponen organik misalnya polimer protein atau karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara umum bakteri berdasarakan cara mendapatkan oksigen dibagi menjadi dua yaitu bakteri aerob dan anaerob. Kelompok aerob memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien (misalnya glukosa) untuk memperoleh energi contohnya : Azotobacter, Nitrosomonas, Nitrococcus dan Nitrobacter. Silalahi (2001), menyatakan dalam kehidupan manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan dan merugikan pada dunia akuakultur bakteri yang menguntungkan contohnya :Basillus spp, Nitrosomonas, Nitrobacter bakteri tersebut berperan dalam proses dekomposisi bahan organik dasar tambak dan berperan dalam proses nitrifikasi.
2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dampak yang ditimbulkan limbah sangat bervariasi tergantung dari jeni slimbah , volume, jenis industri dan penggunaan produk oleh masyarakat, limbah industri merupakan sumber utama yang menyebabkan pencemaran air pada saat ini dan banyak fakta menunjukkan peningkatan polusi setiap tahun terutama oleh Negara-Negara yang maju industrinya, tingkat pembuangan limbah domestik dan industri sangat berfariasi serta jumlah besar yang tidak diproses lebis lanjut menyebabkan kualitas perairan menjadi tidak stabil serta kemampuan badan air tidak mampu mengencerkan terutama limbah cair sehingga ketersedian kuantitas yang cukup dan kuantitas air yang memadai menjadi terancam. Regulasi yang dihasilkan limbah industri mengejar hasil dan keuntungan yang tinggi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah keseimbangan dan keberlanjutan ekologi yang pada akhirnya menimbulkan bahaya kesehatan terhadap organisme dan manusia odumosu , 1992. Ogedengbe dan akinbile, 2004. Sangodoin, 1991.
Pengelolaan air dan pembuangan limbah industri merupakan faktor membutuhkan biaya yang signifikan dan aspek penting dalam menjalankan sebuah industri. Limbah industri meningkatkan konsentrasi polutan baik air maupun sedimen. Polutan pada konsentrasi yang tinggi dapat menjadi racun bagi organime yang berbeda, efluen juga menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kualitas air yang diperuntukkan untuk kepentingan manusia, maupun organisme. Sehingga setiap efluan dianjukan untuk mentritmen limbah terlebih dahulu agar dapat meminimalisir dampak, oleh karena itu setiap industri yang membuang limbah tanpa melalui tritmen maka dikenakan sangsi berupa pengenaan biaya langsung, pemantauan dan pengawasan sangat penting untuk menjamin perlindungan sumberdaya air dan degradasi lebih lanjut. Setiap negara mencoba membuang limbah dengan biaya rendah, sedangkan peraturan yang terapkan oleh pemerintah di perketat. Konsumsi air di pada setiap Negara tidak hanya memperhatikan faktor ekonomi, akan tetapi faktor pengelolaan limbah yang terkait dengan proses dan kinerja alat sangat perperan dalam penurunan konsentrasi limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Selain itu, posisi industri yang menghasilkan produk alami, menjaga citra mereka dalam memasarkan hasil produksinya dan kebijakan pengelolaan limbah yang tepat dan sesuai dengan ketetapan pemerintah.
2.4 Hubunagan Kualitas Air Dengan Tingkat Pertumbuhan Manusia
Lebih kurang perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari segi ekosistem air dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari beberapa air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk keperluan hidup. Air bukanlah produk dari suatu hasil komersialisasi seperti halnya barang yang lain, namun lebih condong disebut sebagai warisan yang harus dilindungi, dipertahankan, dan diperlakukan dengan benar
Air merupakan hajat hidup kita. Kita meminumnya untuk mempertahankan hidup. Kita mencuci dengan air. Air pula adalah hal yang utama bagi pertanian dalam hal pengairan persa-wahan, dan juga bagi peternakan. Air dalam perindustrian digunakan selain sebagai bagian dari proses produksi juga dipakai sebagai pendingin. Selain itu, air menyediakan habitat hidup bagi ikan dan binatang air lainnya. Disamping itu memiliki peran psikologis yang penting dalam hal menyediakan area rekreasi juga bagi keindahan alam. Sebagai tambahan, air memiliki peran yang sangat penting pula dalam proses dan membuang limbah yang berasal dari domestik atau perindustrian. Pembua-ngan limbah padat atau cair ke perairan dapat menimbulkan pencemaran air. Pencemaran air dapat muncul dalam berbagai macam cara. Bahan-bahan seperti limbah kotoran domestik, bahan kimia, deterjen adalah pencemaran yang umum dibuang ke perairan apakah itu disengaja atau tidak disengaja.. Perta-nian juga salah satu penyebab utama dalam pencemaran air dalam hal penggunaan pestisida atau pupuk yang berbahan kimia, disamping limbah industri, yaitu sisa produksi yang ber-bentuk zat cair yang dibuang melalui pipa-pipa perusahaan ke saluran air umum. Akibat pencemaran air pada saluran air ini dapat menyebabkan kerusakan atau timbul penyakit bagi binatang serta tetumbuhan air, termasuk manusia.
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Menurut O-fish(2010), kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau keperluan tertentu. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Jadi, hubungan antara kualitas air dan tingkat pertumbuhan manusia adalah semakin banyak lingkungan perairan yang baik kualitasnya, maka banyak manusia yang mengkonsumsi air tersebut sehingga air dengan kualitas yang baik yang diminum dapat menjaga kesehatan tubuh yang seceara otomatis juga meningkatnya pertumbuhan manusia, begitu pula sebalikanya semakin buruk kualitas suatu perairan yang diakibatkan oleh pencemaran, maka banyak manusia yang secara tidak langsung mengkonsumsinya berdampak pada tubuhnya dan bisa menimbulkan kematian. Kualitas air pada perairan juga berdampak pada organisme yang ada di perairan tersebut, air yang sudah tercemar oleh zat beracun pada tubuh ikan dan secara tidak lansgung, ikan yang dikonsumsi oleh manusia dan akan berdampak pada tubuhnya.
Komentar
Posting Komentar